Entri Populer

Sabtu, 03 Desember 2011

Proposal Penelitian


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan
            Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan beraneka ragam flora dan fauna. Indonesia daerah tropis yang relatif subur karena dilewati oleh sabuk api (rangkaian Gunung Berapi) yang menyebabkan tanah Indonesia kebanyakan dibentuk dari dataran volkan misalnya Pulau Jawa. Faktor tersebutlah yang membuat tanah Indonesia khususnya tanah di Pulau Jawa menjadi subur. Suburnya tanah tersebut mendukung dan mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan pertanian (Dedenia ,2009).
Berdasarkan penjelasan diatas dan bila kita memperhatikan potensi yang ada, bahwasannya Indonesia memiliki potensi yang besar serta memiliki factor pendukung utama dalam pertanian yaitu lahan yang subur untuk melakukan usaha pertanian. Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pengertian dalam arti luas pertanian ialah pengolahan tanaman, ternak, atau ikan agar memberikan suatu produk (Soetriono dkk, 2006).
Menurut Wahyudi (2011), pertanian adalah sumber utama di dalam kehidupan di dunia. Tidak ada satu orang pun yang tidak membutuhkan hasil dari dunia pertanian. Hasil dari pertanian itu sendiri sangat beragam, dari hasil perkebunan, perikanan, peternakan dan masih banyak lagi. Hasil-hasil tersebut hampir sebagian besar kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Selain itu pertanian dapat kita simpulkan pertanian mengusai hajat kehidupan manusia.
Menurut Soetriono dkk (2006) menjelaskan bahwa, secara garis besar, pengertian pertanian dapat diringkas menjadi empat komponen yang tidak terpisahkan. Keempat komponen tersebut meliputi: (1) proses produksi, (2) petani atau pengusaha pertanian, 3 tanah tempat usaha, dan (4) usaha pertanian (farm business). Para petani mengatur dan menggiatkan pertumbuhan tanaman dan hewan itu dalm usaha taninya (farm). Komponen dari pertanian tersebut saling terkait dan harus saling mendukung untuk menghasilkan produk pertanian yang memilik kualitatif dan kuantitas yang sesuai dengan harapan para petani.
Menurut Makeham, dkk (1991), usaha tani adalah (farm management) adalah cara bagaimana mengelolah kegiatan-kegiatan pertanian. Kita telah mengetahui bahwasannya usaha tani merupakan komponen utama dalam pertanian, usaha tani adalah mengolah kegiatan pertanian yang artinya dalam usaha tani para petani berusaha mencari caraatau metode baru dalam pertaniannya. Supaya nantinya para petani dapat menghasilkan suatu produk pertanian yang dapat bersaing dalam pasar dan terutama memperbaiki perekonomian para petani itu sendiri. Secara tidak langsung para petani dalam usaha taninya mendukung dan berusaha mambangun sektor pertanian.    
Banyak para ahli mengatakan bahwa bahwa Indonesia perlu untuk membangun sektor pertanian untuk membantu sektor-sektor lainnya. Pertanian di Indonesia sedang berada di persimpangan jalan. Sebagai penunjang kehidupan berjuta-juta masyarakat Indonesia, sektor pertanian memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat. Sektor ini juga perlu menjadi salah satu komponen utama dalam program dan strategi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan (Bank Dunia, 2003).
Menurut Wibowo (2000), dinamika pembangunan pertanian nasional selama ini relatif telah membawa keberhasilan di berbagai aspek kehidupan di satu pihak, akan tetapi masih menghadapi dilemma-dilema penting di lain pihak. Catatan penting bagi keberhasilan di sektor pertanian yang menonojol adalah tercapainya swasembada beras dan semakin meningkatnya peningkatan produksi dan produktivitas beberapa komoditas strategis lainnya yang berasal dari komoditas palawija, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa komoditas hortikultura memiliki peranan yang penting dalam pembangunan pertanian.
Komoditas hortikultura tidak hanya menyumbang dalam pembangunan sektor pertanian saja. Secara tidak langsung sub sektor hortikultura juga berperan dalam sektor ekonomi. Sub sektor tanaman pangan dan hortikultura mempunyai posisi yang strategis dan penting. Peran sub sektor ini antara lain adalah penghasil makanan pokok penduduk, peran ini tidak dapat disubsitusi secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya, kecuali impor pangan menjadi pilihan (Wibowo, 2000).
Hortikultura berasal dari Bahasa Latin yang terdiri dari dua patah kata yaitu dari kata Hortus: kebun dan Cultura: budidaya/pengelolaan. Hortikultura adalah ilmu dan seni bercocok tanam yang memerlukan pemeliharaan khusus, serta bercocok tanam tersebut dilakukan di kebun atau pekarangan Secara umum budidaya hortikultura meliputi tanaman sayuran (vegetable crops), tanaman buah (fruit crops) dan tanaman hias (ornamental crops). Buah-buahan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang mempunyai arti strategis dalam pergizian masyarakat dan agribisnis secara global, karena pada era globalisasi akan membawa peluang dan juga tantangan baru bagi produsen dan agribisnis buah-buahan domestik. Sifat produk tanaman buah adalah: mudah rusak (perishable), resiko besar, musiman, bulky, spesialisasi geografi (Barus, dkk, 2008).
Berdasarkan penjelasan diatas kita ketahui bahwa buah- buahan ternasuk dalam tanaman hortikultura. Selain itu tanamn hortikultura buah juga memiliki spesifikasi geografis yang memnuhi kriteria supaya tanamn tersebut dapt menghasilkan buah.  Salah satu komoditas buah-buahan yang terkenal dan menjadi komoditas unggulan di salah satu daerah yaitu buah apel.
 Apel (Malus sylvestris Mill) adalah tanaamn tauanan yang berasal dari daerah subtropics. Masyarakat Indonesia telah menanam apel sejak tahun 1934, dan dapat berbuah baik. Petani Indonesia tanaman apel berkembang sejak diperkenalkannya teknologi perompesan daun yang diikuti pelengkungan cabang, sehingga berbuahnya dapat diatur menurut kemauan penananmnya pada umumnya dapat dibuahkan dua kali dalam setahun. Perompesan daun ini diduga sebagai pengganti suhu rendah yang merupakan syarat utama pemecahan masa dormansi di daerah iklim sedang. Pertanaman apel di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Selain teknologi budidaya dan pasca panennya, pengembangan jumlah dan luas lahan pertanaman di daerah yang memiliki agroklimat sesuai khususnya, harus selalu ditingkatkan (Soelarso, 1996).
Kabupaten Malang (Batu dan Poncikusuko) dan Pasuruan (Nongkojajar) Jawa Timur merupakan daerah sntra produksi apel di Indonesia. Pada daerah tersebut tanaman apel mulai diusahakan petani sekitar tahun 1950, dan setelah tahun 1960 tanaman tersebut berkembang dengan pesat, karena pada tahun 1950 itu telah diketemukan teknik budidaya dan pembuahan apel. Pada daerah Malang tanaman buah apel dapat tumbuh dengan baik karena daerah tersebut memenuhi kriteria tanaman apel. Tanaman apel dapat menghasilkan buah yang baik (kuantitas dan kualitas) pada tempat-tempat yang mempunyai ketinggian 700-1200 meter di atas permukaan laut. Tinggi tempat yang ideal adalah 1000-1200 mdpl. Kondisi lingkungan yang member pengaruh baik pada tanaman apel adalah dataran kering (misalnya, Kecamatan Batu, Malang)  (Soelarso, 1996).
            Apel adalah salah satu produk unggulan daerah Jawa Timur. Hal ini perlu diperhatikan dan mendukung penuh para petani apel. Apel adalah salah satu produk hortikultura, dimana memiliki spesifikasi geografis yang mampu memenuhi kriteria syarat untuk tanaman buah apel tumbuh dengan optimum. Daerah yang memenuhi syarat tersebut adalah Kabupaten Malang. Tidak seluruh daerah Kabupaten malang punya potensi yang sama untuk tempat budidaya tanaman apel,  salah satu tempat yang memiliki potensi dan kriteria yang memenuhi syarat tumbuh tanaman buah apel adalah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Tabel 1.1 di bawah ini menjelaskan produksi buah apel di Kabupaten Malang pada tahun 2001 sampai dengan 2007.
Tabel 1.1 . Produksi buah apel Kebupaten Malang tahun 2001-2007
Kabupaten
Tahun
Luas Tanaman yang Menghasilkan
Produksi
Produktivitas
Malang
2001
7578
76833
10.14
Malang
2002
1272
15742
12.38
Malang
2003
1540
27293
17.72
Malang
2004
2707
67431
24.91
Malang
2005
53683
1628
0.03
Malang
2006
4091
20975
5.13
Malang
2007
4046.37
61.1
0.02
Malang
2007
1745.26
67.62
0.04
Sumber: Dinas Pertanian Jawa timur
            Berdasakan tabel 1.1 di atas kita dapat mengetahui tingkat produksi buah apel di Kabupaten Malang dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2007. Selain itu, dengan menganalisa data tersebut kita juga dapat meramalkan produksi buah apel tahun-tahun berikutnya. Serta dapat menganalisa tingkat pendapatan petani buah apel di Kabupaten Malang. Hasil tersebut dapat memberikan sebuah informasi yang bermanfaat bagi petani apel maupun pemerintah setempat dalam pembudidayaan buah apel serta peluang buah apel untuk bersaing dalam pasar lokal maupun di luar lokal.

1.2 Perumusan Masalah
1.      Bagaimana tingkat produksi buah apel di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang?
2.      Bagaimana trend produksi buah apel lima tahun yang akan datang di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang setelah kemarau basah?
3.      Bagaimana tingkat pendapatan petani buah apel di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui tingkat produksi buah apel di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.
2.      Untuk mengetahui trend produksi buah apel lima tahun yang akan datang di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang setelah kemarau basah.
3.      Untuk mengetahui tingkat pendapatan petani buah apel di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.

1.3.2 Manfaat Penelitian
1.      Sebagai bahan informasi bagi peneliti untuk mengetahui jumlah produksi dan tingkat pendapatan petani buah apel di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.
2.      Memberikan informasi bagi para petani buah apel untuk bertani secara intensif agar dapat meningkatkan ekonomi keluarga mereka.
3.      Sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Penelitian Terdahulu
            Menurut Cook (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Kematian Industri Apel Di Batu. Penelitian ini meneliti tentang kondisi industri buah apel di Malang, dalam penelitianya Cook menyatakan bahwa industri apel di Batu menghadapi kesulitan untuk memperoleh keuangan. Keuangan sangat penting untuk mengunakan teknik pertanian modern, dan membuat perbaikan-perbaikan di bidang budidaya. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa tingkat produksi buah apel di Kabupaten Malang cukuplah rendah yang disebabkan beberapa faktor.
            Menurut Kopen (2005), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Trend Buah-Buahan Di Jawa Timur, yang menganalisa perkembangan tingkat produksi buah-buahan di Jawa Timur. Pada hasil penelitiannya Kopen menjelasakan bahwa trend produksi apel manalagi di Jawa Timur tahun 1994-2002 mengalami penurunan sebesar 5598.35 ton per tahun. Berdasarkan hasil dari penelitian sebelumya dapat kita ketahui adanya kemugkinan pengembangan tingkat produksi buah apel di Kabupaten Malang untuk tahun-tahun berikutnya semakin menurun.
            Menurut Nugroho (2001), dalam penelitian yang berjudul Analisa Pendapatan Usahatani Apel Malang. Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho menganalisis seberapa besar tingkat kontribusi dari pendapatan usahatini buah apel terhadap perekonomian keluarga. Pada hasil penelitiannya Andreas Priyo Nugroho menjelasakan bahwa kontribusi pendapatan yang didapat dari usahatani buah apel cukuplah mendukung. Peranan usahatani apel Malang baik pada lahan sempit maupun lahan luas terhadap pendapatan rumah tangga petani masih besar. Hal ini dapat dilihat dari persentase kontribusi usahatani apel Malang terhadap pendapatan rumah tangga petani pada lahan luas dan lahan sempit yaitu masing-masing sebesar 93,57 persen dan 88,86 persen. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahawa penadapatan dari usaha tani buah apel sangatlah mendukung para petani.
2.2.2 Komoditas Buah Apel
            Menurut Soelarso (1996), tanaman apel (Malus sylvestris Mill) mempunyai sistematika sebagai beikut:
Divisio         :  Spermatophyta
Subdivisio   :  Angiospermae
Kelas           :   Dicotyledonae
Ordo            :  Rosales
Famili          :  Rosaceae
Genus          :  malus
Spesies        :  Malus sylvestris Mill
            Species Malus sylvestris Mill ini terdapat bermacam-macam varietas yang pada umumnya tidak tampak berbeda ditinjau dari segi morfologinya. Beberapa jenis apel yang baik untuk dikembangkan di Indonesia adalah:
1.      Rome Beauty
Bentuk buah                      : Golbose
Bobot buah                        : ± 169,11 gr/buah
Warna buah                       : Hijau kemerah-merahan
PTT/asam (% cita rasa)      : 30,94 (segar)
Vit. C mgr/100 gr              : 3,58
Kadar Air                          : 86,65%
Produksi                            : ± 12 kg/pohon
Aroma                               : Lemah
2.      Manalagi
Bentuk buah                      : Flat
Bobot buah                        : ± 145,50 gr/buah
Warna buah                       : Hijau kekuning-kuningan
PTT/asam (% cita rasa)      : 54,82 (manis)
Vit. C mgr/100 gr              : 7,43
Kadar Air                          : 84,05%
Produksi                            : ± 15 kg/pohon
Aroma                               : Kuat
3.      Anna
Bentuk buah                      : Long conical
Bobot buah                        : ± 130,5 gr/buah
Warna buah                       : Merah tua
PTT/asam (% cita rasa)      : 27,18 (Manis masam)
Vit. C mgr/100 gr              : 8,18
Kadar Air                          : 84,12%
Produksi                            : ±  10 kg/pohon
Aroma                               : Kuat
4.      Princess Noble
Bentuk buah                      : Conical
Bobot buah                        : ± 175 gr/buah
Warna buah                       : Hijau berbintik-bintik
PTT/asam (% cita rasa)      : 22,20 (segar agak masam)
Vit. C mgr/100 gr              : 6,78
Kadar Air                          : 86,35%
Produksi                            : ± 15 kg/pohon
Aroma                               : Kuat
5.      Wanglin/Lali jiwo
Bentuk buah                      : Golbose conical
Bobot buah                        : ± 150 gr/buah
Warna buah                       : Hijau berbintik kecoklatan
PTT/asam (% cita rasa)      : 50,82 (manis renyah)
Vit. C mgr/100 gr              : 7,23
Kadar Air                          : 85%
Produksi                            : ± 15 kg/pohon

2.2.2 Teori Produksi
            Menurut Case, dkk (2006), produksi adalah proses mengkombinasikan dan mengolah input dan output. Kuantitas tertentu suatu input dibutuhkan untuk memproduksi tiap jasa atau barang tertentu. Sebagian besar output biaya diproduksi dengan sejumlah teknik berbeda. Teknik tersebut adalah teknologi padat karya (labor-intensive) dan teknologi padat karya (capital-intensive).
            Menurut Boediono (2002), setiap proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukan hubungan antara tingkat output dan tingkat (dan komposisi) penggunaan input-input. Setiap produsen dalam teori dianggap mempunyai suatu fungsi produksi untuk ”pabriknya”.
Q = f(X1, X2, X3,.........,Xn)
Keterangan :
Q                      : Tingkat Produksi
X1, X2.......Xn : berbagai input digunakan.
Menurut Hariyati (2007), pendekatan tradisional pada azas-azas dimulai dengan fungsi produksi. Fungsi produksi adalah hubungan fisik atau hubungan teknis antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipakai dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu (misalnya dalam stuan waktu satu jam, satu hari, satu tahun, dan sebagainya), tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga-harga faktor produksi yang dipakai, maupun harga produk yang dihasilkan. Secara matematis fungsi produksi itu dapat dinyatakan sebagai berikut :
Y = f(X1, X2,.....Xn)
Keterangan :
Y                     : produk yang dihasilkan
X1, X2,...Xn   : macam-macam faktor-faktor
            Menurut Case, dkk (2006), hubungan antara input dan output yaitu teknologi produksi yang dinyatakan dengan angka atau secara matematis disebut dengan fungsi produksi (atau fungsi produksi total). Suatu fungsi produksi memperlihatkan unit produksi total sebagai fungsi unit-unit input. Jadi fungsi produksi atau produk total adalah pernyataan angka atau metematis tentang hubungan antara input dan output. Fungsi ini memperlihatkan unit produk total sebagai fungsi unit-unit input.
Menurut Sa’id, dkk. (2001), kegiatan produksi merupakan proses tranformasi masukan menjadi suatu keluaran. Proses produksi dalam agribisnis menjadi suatu kegiatan yang sangat menetukan keberhasilan usaha dan merupakan penyedot biaya paling besar. Pada usaha produksi promer, seperti usahatani, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, kegiatan pengorganisasian input-input dan fasilitas produksi menjadi penentu dalam pencapaian dalam pencapaian optimalisasi alokasi sumber-sumber produksi.
Menurut Hariyati (2007), fungsi diatas hanya menyebutkan bahwa produk yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi, tapi belumlah memberikan hubungan kuantitatif antara produk dan faktor-faktor produksi itu. Untuk dapat memberikan hubungan kuantitatif fungsi produk itu haruslah dinyatakan dalam bentuknya yang khas, seperti misalnya:
a.       Y = a + bX            (fungsi linier)
b.      Y = a + bX – cX2  (fungsi kuadratis)
c.       Y = aX1bX2cX3d   (fungsi Cobb-Douglas)
Keterangan :
Y                        : produk yang dihasilkan
X, X1, X2, X3   : faktor produksi
a, b,c                   : variabel faktor-faktor produksi
            Apabila suatu faktor produksi variabel masih sedikit sekali jumlahnya dipergunakan jika dibandingkan dengan faktor-faktor produksi tetap, terdapatlah kecenderungan terjadi kenaikan hasil bertambah. Sebaliknya apabila faktor variabel itu sudah benyak jumlahnya dipergunakan jika dibandingkan dangan faktor-faktor tetap, maka tipe penambahan faktor produksi dengan satu-satuan akan mempunyai kecederungan untuk mengakbatkan kenaikan hasil berkurang. Hal ini dapat digambarkan dengan grafik :
                                   Y                       M
                                                        
                                                                          Y=f(X)
                                                   B   
                                                                                    
                                                            


 
Gambar 2.1 Hubungan antara Faktor Produksi dan Produk (Sumber: Hariyati, 2007)
Menurut Boediono (2002), bila satu macam input ditambah penggunaannya sedang input-input lain tetap maka tambahan ouput yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula menaik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus ditambah.
Kurva yang menunjukan hubungan antara faktor produksi yang dipergunakan dan produk total yang dihasilkan dinamakan kurva produk total. Jika kuva menunjukkan hubungan antara faktor produksi yang dipergunakan dan produk rata-rata pada bermacam tingkat pemakaian faktor produksi, maka kurva itu dinamakan kurva produk rata-rata (Average product curve).
Menurut Boediono (2002), kurva total physical product (TPP) adalah kurva yang menunjukan tingkat produksi total (Q) pada berbagai tingkat pengguanaan input variabel (input-input lain dianggap tetap). TPP = f(X) atau Q + f (X). Kurva marginal physical product (MPP) adalah kurva yang menunjukan tambahan (atau Kenaikan ) dari TPP, yaitu ΔTPP atau ΔQ, yang disebabkan oleh penggunaan tambahan 1 (satu) unit input variabel.
MPP = (ΔTPP)/ (ΔX) = (ΔQ)/ (ΔX) = df(X)/dX
Keterangan :
MPPx  : Marginal physical product
ΔTPP   : Perubahan total physical product
ΔX       : Perubahan input
ΔQ       : Perubahan produksi
Kurva Average physical product (APP) adalah kurva yang menunujukan hasil rat-rata per unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut.
APP = (TPP)/X = Q/X = f(X)/X
            Secara grafik hubungan antara kurva TPP, MPP dan APP adalah sebagai berikut:





                              Y  
                                                                                     C
                                                                     B                           TPP




                                                 A
                                                                                            X
                               
                                Y






 


                                                                                                    APP
                                                                                          MPP      X
Gambar 2.2 Kurva TPP, MPP dan APP (Sumber: Hariyati, 2007)
Hubungan antara ketiga kurva tersebut ditandai oleh:
a.    Penggunaan input X sampai pada tingkat diman TPP cekung ke atas (O sampai A), maka MPP menaik demikian pula APP.
b.   Pada tingkat penggunaan X yang menghasilkan TPP yang menaikan dan cembung ke atas (yaitu antara A dan C) MPP menurun.
c.    Pada tingkat penggunaan X yang menghasilkan TPP yang menurun, maka MPP negatife.
d.   Pada tingkat penggunaan X di mana garis singgung pada TPP persis melalui titik origin B, maka MPP = APP maksimum


2.2.3 Teori Biaya
            Menurut Situmorang, B (2008), Teori Biaya memegang peranan penting dalam analisa prilaku konsumen, karena prinsip biaya yang seminimum mungkin untuk mencapai hasil yang maksimal.
Ada tiga konsep tentang ongkos, yaitu :
1.      Ongkos Alternatif (Opportunity cost)
Ongkos ini relatif paling penting bagi para ekonom, karena timbulnya ongkos ini berkaitan dengan adanya kelangkaan dan keterbatasan sumber daya. Misalnya bila produsen memutuskan untuk membuat yang telah ditentukan maka inputnya sebetulnya bisa untuk barang lainnya, sehingga ada yang dikorbankan.
2.      Ongkos Akuntansi (Account Cost)
Ongkos-ongkos yang besar dikeluarkan oleh produsen untuk sebuah produksi. Misalnya, ongkos depresiasi, ongkos historis, dlsb.
3.      Ongkos Ekonomi (Economic Cost)
Ongkos yang menunjukkan berapa biaya yang harus dikeluarkan agar sumber daya dapat digunakan pada suatu proses produksi.
            Pada proses produksi terdapat ongkos jangka panjang dan jangka pendek. Ongkos jangka pendek adalah proses produksi ada input variabel dan input tetap yang tidak bisa secara cepat keseluuruhannya dan cenderung berubah bila ada perubahan produksi. Sedangkan jangka panjang, sebaliknya bahwa input yang dapat secara keseluruhannya dan dapat dirubah untuk sebuah perubahan produksi.
Ongkos Total Jangka Pendek
            Menurut Case, dkk (2006) jangka pendek : suatu skala tetap (atau factor produksi tetap) dan tidak ada yang masuk atau keluar dari industry itu. Jangka pendek didefinisikan sebagai jangka waktu diman bebrapa factor produksi membuat mereka terkunci pada skala operasi saat itu. Jangka panjang tidak ada factor produksi yang tetap. Perusahaan bisa merencanakan untuk tiap tingkat output yang mereka inginkan. Mereka bisa menggandakan atau melipattigakan output.
Ada dua macam input yaitu fix (tetap) dan variabel. Jadi ongkos tetap adalah jumlah dari kedua jenis ongkos tadi.
TC = FC + VC
Keterangan :
FC       = fixed cost
VC      = variable cost
TC       = total cost
Ongkos tetap digunakan untuk membayar input tetap; sedangkan variabel untuk membayar input variabel.

2.2.4 Analisis Trend
Menurut Mulyono (1998), dalam model klasik nilai variabel time series (Y) mempunyai empat komponen yaitu: Trend Jangka Panjang (T), sklis (C), Variasi Musiman (S), dan gerakan yang teratur (I). Trend jangka panjang adalah suatu garis kurva yang halus yang menunjukan suatu kecenderungan umum suatu variabel time series.








 


                                                              ...      ..
                                                     . .      ......
                                          .   .     ..   .
                                  . .    .      . .
                                             .


Gambar 2.3 Trend Jangka Panjang (Sumber: Mulyono, 1998)
Analisis trend jangka panjang sebaiknya menggunakan suatu peridode sekurang-kurangnya meliputi satu skils, jika lebih dari satu skils akan lebih baik. Untuk memudahkan perhitungan dalam mencari persamaan tren akan digunakan tahun kode (X) sebagai pengganti tahun yang sesungguhnya (t). Rumusnya adalah X= t – T, dimana T = rata-rata dari tahun awal dan tahun terakhir yang dipelajari. Disamping itu, untuk mengurangi benyaknya perhitungan, pada contoh berikut hanya akan dipergunakan periode waktu studi yang pendek (6 tahun misalnya). Meskipun ini menyalahi atuaran. Bentuk persamaan trend linier adalah :
Yt = a +bX
Keterangan :
Yt         :  nilai trend untuk periode tertentu
a           :  nilai Yt jika x=0 atau nilai Yt pada periode t
b          : kemiringan garis tren, artinya besarnya perubahan Yt jika terjadi perbuahan satu periode waktu.
X           :  kode periode waktu = t – T
Kemudian menggunakan metode Least Squares akan diperoleh suatu garis yang paling cocok untuk suatu time series. Prinsip metode Least Squares Adalah minimumkan jumlah pangkat dua selisih antara nilai variabel yang sesungguhnya (Y) dengan nilai trend (Yt),. Sehingga metode Least Squares akan manghasilkan Σ (Y – Yt)2 yang nilainya sekecil mungkin. Dengan menggunakan kalkulus dapat dibuktikan bahwa:
a = (ΣY)/n
b = (ΣXY)/( ΣX2)
Keterangan :
n     : Banyaknya pasangan data        
                     Y
              


                                            
                                                                               
                                                                                                   
X
 
                                                                                    Yt
Gambar 2.4 Trend Linier (Sumber: Mulyono, 1998)



2.2.5 Analisis Regresi Berganda
                Menurut Supranto (2005), Apabila dalam regrsi linier tercakup lebih dari dua variabel (termasuk variabel tidak bebas Y), maka regresi ini disebut regresi linier berganda (multipel linier regresion). Regresi linier berganda, variebel tidak bebabs Y tergantung dua tau lebih variabel. Ada beberapa cara untuk menuliskan persamaan regresi linier berganda yang mencakup dua atau lebih variabel, yaitu sebagai berikut :
Populasi : Yi= A + B1X1i + B2X2i + .....+ BkXki + εi
Sampel   : Yi = a + b1X1i + b2X2i + .....+ bkXki + εi
            Menurut Mulyono (1998), model regresi berganda yaitu analisis regresi dua atau lebih variabel bebas. Bentuk umum garis regresi populasi tiga variabel dapat dituliskan sebagai berikut :
ε (X1 | X2, X3) = B1.23X2 + B12.3X2 + B13.2X3
Keterangan :
ε (X1 | X2, X3)      :  Expected value X1 untuk nilai X2 dan X3 tertentu        
X1                          :  Variabel terikat
X2, X3                   :   Variabel bebas
B12.3 dan B13.2          : Koefisien regresi parsial (tak dapat disebut sebagai   kemiringan garis)
B1.23                              :   Intercept                          
            Arti dari koefisien regresi parsial adalah sebagai berikut : B12.3 mengukur perubahan nilai rata-rata X1 karena perubahan X2 per unit, jika X3 tetap. Penggemar kalukulus akan mengatakan bahwa B12.3 adalah turunan persial            E (X1 | X2, X3) terhadap X2.B13.2 mengukur perubahan nilai rata-rata X1 karena perubahan X3 per unit jika X2 tetap.

2.3 Kerangka Pemikiran
Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat vital dalam suatu negara khususnya negara yang sedang berkembang. Sektor pertanian perlu dibangun dikarenakan sektor petanian dapat memberikan sumbangan dalam peningkatan sektor perekonomian. Selain itu denan adanya pembangunan sektor pertanian akan membantu ketahanan pangan negara. Sub sektor pertanian yang menghasilkan makanan pokok penduduk adalah sub sektor pangan dan sub sektor hortikultura.
Pertanian Indonesia memiliki beberapa sub sektor, salah satu sub sektor yang memiliki potensi cukup besar adalah sub sektor hortikultura. Hortikultura merupakan sektor penting dalam pembangunan pertanian, selain itu merupakan sektor yang dapat mendukung pengentasan kemiskanan. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya peningkatan dari sektor hortikultura. Sub sektor hortikultura masih dibagi menjadi dua yaitu hortikultura buah dan hortikultura sayuran. Salah satu komoditi dari sub sektor hortikultura buah yang terkenal dan menjadi unggulan yaitu komditas apel. Kabupaten Malang merupaka salah satu sentra produksi buah apel di Indonesia.
Potensi yang dimiliki Kecamatan Pancokusumo sangatlah besar dalam memproduksi buah apel. Pada proses produksi dibutuhkan biaya atau modal supaya dapat memproduksi buah apel dalam kuantitas yang banyak dan kualitas yang bagus. Namun, dengan adanya perubahan cuaca yang terjadi, tingkat produksi buah apel di Kabupaten Malang semakin menurun tahun ke tahunnya. Selain itu juga tingkat produksi apel dapat dipengaruhi oleh adanya apel impor yang ada dalam pasar lokal. Hal ini akan berpengaruh langsung terhadap harga buah apel dimana nantinya akan berdampak langsung pada penerimaan dari hasil penjualan buah apel.
Adanya penurunan tingkat produksi  serta daya saing dengan produk impor yang berpengaruh pada harga komoditas apel di Kecamatan Pocokusumo Kabupaten Malang secara tidak langsung berpengaruh juga terhadap pendapatan yang diperoleh petani buah apel. Hal ini perlu dikaji lagi bagaimana tingkat produksi untuk lima tahun kedepannya dengan menggunakan analisis trend. Hasil analisis ini akan bermanfaat bagi petani serta pemerintahan setempat, dimana hal ini dapat memberikan informasi tentang tingkat produksi buah apel tahun-tahun berikutnya. Akhirnya petani dapat melihat peluang serta prospek budidaya apel yang merka usahakan, serta bagi pemerintah daerah juga dapat mengambil dan memtuskan sebuah kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung petani buah apel.


 



Hortikultura Buah
 
      


 




 


Penerimaan
TR = Q.P

 
Biaya
TC = FC + VC


 
                                                                          








Produksi tahun-tahun berikunya

 

 




Gambar 2.5 Skema Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis
1.   Tingkat produksi buah apel di Kecamatan Poncokusumo sangatlah rendah.
2.   Tingkat produksi buah apel di Kecamatan Poncokusumo setelah adanya kemarau basah semakin menurun dari tahun ke tahun.
3.   Pendapatan petani buah apel di Kecamatan Poncokusumo sangat tinggi.
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan berdasarkan metode secara sengaja (purposive method). Penelitian dilaksanakan di         Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Dasar pertimbangan ditentukannya lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian karena Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang merupakan daerah yang sesuai dengan komoditas buah-buahan yang salah satunya buah apel. Selain itu Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang merupakan daerah yang memiliki potensi untuk usahatani buah apel dan daerah tersebut merupakan daerah yang memiliki tingkat produksi buah apel ke dua di Jawa Timur. 

3.2 Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode deskriptif bertujuan untuk memberikan deskriptif atau gambar secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan, serta fenomena yang diteliti (Nazir, 2003).
Metode  analisis yang digunakan adalah metode analisis dengan pemikiran deduktif. Metode deduktif juga dinamakan sebagai abstrak atau sebelum metode anlisis. Metode deduktif terdiri dari kesimpulan yang berasal dari kebenaran umumnya, mengambil beberapa prinsip-prinsip umum dan berlaku untuk diambil kesimpulannya (Putri, 2011).

3.3 Metode Pengambilan Contoh
Metode pengambilan contoh yang digunakan adalah Disproportionate Stratified Random Sampling. Metode tersebut memungkinkan untuk mengambil semua anggota populasi petani apel secara acak dan berstrata berdasarkan kriteria tingkat produksi, yaitu tinggi, sedang dan rendah yang penyebaran populasinya tidak merata. Telah kita ketahui berdasarkan data yang ada, jumlah populasi petani apel yang terdapat dan melakukan usahatani buah apel adalah 600 jiwa, sedangkan jumlah sampel petani apel yang diambil untuk  penelitian adalah 240 jiwa. Jumah tersebut diambil berdasarkan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 5%.
Rumus Slovin :
Keterangan :
n          : jumlah sampel
N         : jumlah populasi
e          : tingkat kesalahan
                                                    
                                                     n = 240
Untuk n setiap kelas/strata jumlah sampel yang telah didapat dibagi sebanyak jumlah strata yang dibentuk yaitu sebanyak tiga strata/kelas. Perhitungan tersebut diformulasikan  sebagai berikut:
                                                    
                                                   
                                                    Ns = 80
Jadi setiap kelas diambil sebanyak 80 setiap kelas/strata secara dilotre ataupun secara acak.
Tabel 3.1 Data Populasi dan Sampel Petani Buah Apel Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
No.
Strata
Populasi
Sampel
1.
 Tinggi
84
80
2.
 Sedang
183
80
3.
 Rendah
333
80

 Total
600
240
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian diperoleh dari dua sumber data, yaitu :
1.    Data primer diperoleh dari wawancara langsung menggunakan kuisioner dengan petani udang Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.
2.    Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian Jawa Timur dan artikel-artikel terkait serta hasil penelitian sebelumnya.

3.5 Metode Analisis Data
Pengujian untuk hipotesis pertama mengenai tingkat produksi buah apel di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang digunakan dengan pendekatan teori produksi dengan formula sebagai berikut:
Q = f(X1, X2, X3,.........,Xn)
Keterangan:
Q                      : Output
X1,X2,..Xn     : Input
Pengdektan tersebut kemudian diaplikasikan pada anlisis regresi berganda untuk mengetahui tingkat produksi dengan berbagai input:
Y = a + b1X1+ b2 X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan:
Y        : tingkat produksi buah apel
A        : konstanta
X1      : luas lahan (ha)
X2      : tenaga kerja (orang)
X3       : pupuk (kg)
X4      : pestisida (lt)
b1,..b4 : koefisien regresi yang akan diduga
Pengujian untuk hipotesis yang kedua mengenai proyeksi perkembangan tingkat produksi buah apel di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang menggunakan analisis trend, yaitu metode kuadrat terkecil dengan formulasi sebagai berikut:

Y = a + bx
Untuk mencari nilai a dan b menggunakan rumus:
                                                       Syarat  ∑X ≠ 0
Keterangan:
Y         : tingkat produksi apel yang diramalkan untuk periode yang akan datang
X         : unit waktu (tahun)
a          : konstanta
b          : slope (besarnya perubahan Y untuk satu perubahan X)
n          : jumlah data
Pengujian untuk hipotesis yang ketiga mengenai pendapatan dari usahatani buah apel di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang menggunakan analisis biaya, yang nantinya akan dilanjutkan dengan anslisis penerimaan yaitu mangkalikan tingkat produksi dengan harga yang sedang berlaku dalam pasar:
TC = FC + VC
Keterangan :
FC       : pajak lahan (Rp)
VC      : biaya pupuk, biaya tenaga kerja, dan biaya pestisida (Rp)
TC       : keseluruhan biaya (Rp)
Setelah analisis tersebut kemudian dilanjutkan dengan penghitungan penerimaan yaitu dengan formula:
TR = Q.P
TR       : uang yang diperoleh dari penjualan (Rp)
Q         : jumlah apel (Kg)
P          : harga buah apel pada pasar (Rp/Kg)


Pendapatan petani dapat dihitung engan penghitungan besar keuntungan yaitu engan formula:
π = TR – TC
π          : pendapatan yang diperoleh (Rp)
TR       : total penerimaan (Rp)
TC       : total biaya (Rp)

3.6 Terminologi
1.      Responden adalah petani buah apel di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.
2.      Tingakat produksi adalah hasil dari perolehan usahatani buah apel dalam tiap panennya (Kwintal).
3.      Pendapatan adalah hasil atau keuntungan yang diperoleh oleh petani buah apel dalam setiap penjualan selama satu musimnya setelah dikurangi dengan biaya produksi dan pengeluaran konsumsi keluarga.
4.      Input adalah barang yang digunakan sebagai bahan baku dalam suatu usaha pembudidayaan.
5.      Output adalah hasil dari input setelah mengalami suatu pembudidayaan atau suatu perlakuan.
6.      Kurva tingkat produksi apel adalah suatu kurva yang menjelaskan tingkat produksi setipa usahatani dalam satu periode dangan menggunakan berbagai input.
7.      Kurva total produksi, marjinal produksi dan produk rata-rata buah apel adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan antar tingkat produksi buah apel dengan rata-rat produksinya serta marjinal produk yang diperoleh .
8.      Analisis Trend merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang.
9.      Luas lahan adalah luas lahan yang digunakan untuk budidaya buah apel setiap orangnya.
10.  Tenaga kerja adalah sekelompok individu yang bekerja pada usahatani apel.
11.  Biaya produksi adalah semua modal yang dikeluarkan baik berupa uang, tenaga, jasa, barang yang digunkan semata-mata untuk kegitan produksi.
12.  Penerimaan adalah hasil yang diperoleh petani dari menjual hasil atau produknya pada pasar dalam bentuk uang.
DAFTAR PUSTAKA


Bank Dunia. 2003.Prioritas Masalah Pertanian di Indonesia [online]. http://siteresources. worldbank.org /INTINDONESIA/ Resources/ Publication/ 280016- 1106130305439/ 617331- 1110769011447/ 810296 -1110769073153 /agriculture.pdf. {21 Oktober 2011}.

Barus, Asil, dkk. 2008. Agroteknologi Tanaman Buah-Buahan [online]. http://usupress. usu.ac.id/files/Agroteknologi%20 Tanaman%20 Buah-buahan_ Final_web.pdf. Universitas Sumatra Utara Press.

Boediono. 2002. Ekonomi Mikro (Seri Sinopsi Pengantar Ilmu Ekonomi No.1). Yogyakarta: BPFE.  

Case, dkk. 2006.  Prinsip- Prinsip Ekonomi. Surabaya: PT. Glora Aksara Pratama.

Cook, David Micchael. 2006.  Kematian Industri Apel Di Batu [online]. http://www.acicis.murdoch.edu.au/hi/field_topics/davidcook.pdf. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhamadiyah Malang, Malang.

Dedenia. 2009. Potensi Pertanian Indonesia [online]. http://dedenia72.wordpress.com/ category/farming-or-pertanian/{17 Oktober 2011}.

Dinas Pertanian Jawa Timur. 2011.  Produksi Unggulan Apel Tahun:- Semua Data [online]. http://www.diperta-jatim.go.id/index3.php? gate= apel&thn=all. {10 Oktober 2011}.

Hariyati, Yuli. 2007.  Ekonomi Mikro. Jember: Fakultas Partanian Universitas Jember.

Kopen, Leni. 2005. Analisis Trend Produksi Buah-buahan Di Jawa Timur [online]. http://student-research.umm.ac.id/research/download/umm_ student_research_ abstract_2601.pdf. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Muhamadiayah Malang, Malang.

Makeham, dkk. 1991. Manajemen Usahatani Daerah Tropis. Jakarta: LP3ES.

Mulyono, Sri. 1998. Statistika Untuk Ekonomi. Jakarta Fakultas: Ekonomi Universitas Indonesia.

Nazir, M. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nugroho, Andreas Priyo. 2001. Analisa Pendapatan Usahatani Apel Malang [online]. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/ 123456789/ 24411/ A01apn_abstract.pdf?sequence=2.Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Putri, Dwi. 2011. Metode Analisis Ekonomi.. http://putridwi91.blogspot.com /2011/05/metode-analisis-ekonomi.html. {18 Oktober 2011}.

Sa’id, Gumbira, dkk. 2001. Manajemen Agribisnis.  Bogor: Ghalia Indonesia.

Situmorang, Bakti J. 2008. Teori Biaya [online]. http://baktijsitumorang .wordpress.com  /2008/12/17/teori-biaya-cost/. {18 Oktober 2011}.

Soelarso, Bambang. 1996.  Budidaya Apel. Yogyakarta: Kanisius.

Soetriono, dkk. 2006. Pengantar Imu Pertanian. Malang: Bayu Media.

Supranto, J. 2005. Ekonomitrika. Bogor: Ghalia Indonesia.

Wahyudi. 2011. Pertanian adalah Sumber Kehidupan Utama [online]. http://blog.umy.ac.id/yudhiwuah. {17 Oktober 2011}.

Wibowo, Rudi. 2000. Kinerja dan Refleksi Pertanian Tanamn Pangan dan Hortikultura. Jember: Fakultas Pertanian Jember.

­­_____________. 2000.  Pertanian dan Pangan. Sinar Harapan : Jakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar