BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah mahluk yang selalu ingin tahu, dimana perasaan tersebut merupakan pemberian Tuhan YME. Keinginan tahuan manusia tersebut membuat manusia berusaha mamadukan berbagai aspek pengetahuan, ilmu pengetahua, filsafat dan termasuk agama. Manusia berusaha menjelaskan keterkaiatan antara aspek-aspek tersebut dan selalu menjelaskan secara ilmiah.
Menurut Soetriono, dkk, (2007), pengetahuan adalah hasil dari tahu. Berdasarkan pernytaan tersebut dapat kita pahami bahwasannya pengetahuan adalah sesuatu dari hasil yang kita usah kita untuk mengetahui apapun itu. Usaha-usah yang dapt kita lakukan bisa dengan membaca, memperhatikan sekitar, mendengar dan pengalaman.
Menurut Soetriono, dkk, (2007), ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bertujuan mencapai kebenaran ilmiah tentang obyek tersebut. Ilmu pengetahuan diciptakan manusia karena didorong oleh rasa ingin tahu manusia yang tidak berkesudahan terhadap obyek, pikiran, atau akal budi yang menyangsikan kesaksian indra, karena indra dianggap sering menipu. Penjelasan dan makna dari pengetahuan tersebut, memberikan gambaran bahwa ilmu pengetahuan lebih mendalam dari pengetahuan. Mendalamnya ilmu pengetahuan menyebabkan munculnya keanekaragaman ilmu pengetahuan.
Menurut Melsen (1985), bagi setipa refleksi tentang ilmu pengetahuan, salah satu kesulitan terbesar adalah keanekaragaman ilmu pengetahuan itu. Berdasarkan pernyataan Melsen dapat kita pahami, bahwa keanekaragaman ilmu juga memiliki dampak yang kurang baik, dalam pemahaman ilmu pengetahuan sebelumnya. Namun, dengan adanya keanekaragaman ilmu pengetahuan maka kita dapat menspesialisasikan diri dalam hal mencari ilmu pengetahuan.
Menurut Melsen (1985), ilmu pengetahuan tidak boleh membiarkan diri terpengaruh oleh nilai-nilai yang letaknya di luar ilmu pengetahuan dapat diungkapkan juga dengan rumusan singkat bahwa ilmu pengetahuan itu seharusnya bebas. Supaya terdapat kebebasan, harus ada penetuan diri dan bukan dari penentuan dari luar. Penentuan sangatlah penting dalam ilmu pengetahuan terutama penentuan dari dalam diri kaena kita sendir yang akan menentukan ilmu pengetahuan apa yang harus kita dalami dan pelajari.
Menurut Soetriono, dkk (2007), menurut arti kata, filsafat terdiri dari kata philein yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksnaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Menurut pengertian umumnya, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat.
Menurut Melsen (1985), filsafat juga merupakan suatu ilmu non empiris, biarpun dengan cara lain dari pada matematika, tetapi disini berlaku juga walaupun filsafat bukanlah suatu ilmu empiris. Itu tidak berarti bahwa filsafat dengan salah satu cara tidak bertumpu pada pengalaman. Penjelasan ini nenberikan pemaham bahwa terdapat hubungan yang jelas antara filsafat dengan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan empiris. Hubungan ini sangat terkait satu dengan yang lainnya dengan kata lain ilmu non empiris yaitu filsafat salaing mendukung dengan ilmu empiris.
Menurut Lubis (1994), filsafat diartikan sebagai suatu cara berpikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Tidak ada suatu hal yang bagaimanapun kecilnya terlepas dari pengamatan kefilsafatan. Tidak ada suatu pernyataan yang bagaimanpun sederhananya yang kita terima begitu saja tanpa ad pengkajian yang seksama. Berdasakan pendapat diatas ternya filsafat memiliki kesamaan dengan ilmu pengetahuan diman berusaha mengerti sedalam-dalamnya tentang suatu hal untuk mencari kebenaran. Namun kebenaran yang sejati dapat kita peroleh dari agama yang kita yakini.
Menurut Ahmadi (1970), istilah agama mempunyai 2 macam pengertian yaitu pengertian secara asal-usul kata (etimologi) dan pengertian secara istilah (terminology). Pengertian agama menurut bahasa ada dua macam :
1. Ada yang berpendapat bahwa agama ini berasal dari kata bahasa sangsekerta yang diartikan dengan : haluan, peraturan, jalan atau kebangkitan kepada Tuhan
2. Pendapat lain menyatakan : bahwa kata agama itu sebenatnya terdiri dari dua buah perkataan yaitu : A berarti tidak, Gama berarti kacau balau, tidak teratur. Jadi agama berarti: tidak kacau balauyang berarti teratur.
Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulakan bahwa hidup beragama itu adalah hidup teratur, sesuai dengan haluan, atau jalan yang telah dilimpahkan Tuhan dan dijiwai oleh semangat kebangkitan kepada Tuhan. Dalam penulisan, disini agama yang lebih dijelaskan adalah tentang agama Islam. Menurut etimologi, islam bersala dari bahasa arab, diambil dari asal kata “Salima” yang berarti selamat sejahtera.
Menurut Schraf (2004), perbedaan antara agama dengan sains, filsafat dan etika pada dasarnya mengikuti semua definisi agama yang menekankan pada sikap emosional atau peribadatan. Memang ada kemungkinan untuk memadukan antara filsafat, moralitas atau sains, dimana berbagai perasaan khidmat dan peribadatan-peribadatan untuk memuja. Pada dunia modern ikatan-ikatan ini lebih lemah, atau sama sekali tidak ada, dan karena itu tampaknya perlu dibedakan secra konseptual antara agama, etika, filsafat dan sains. Namun dalam prakteknya pembedaan-pembedaan konseptual tidak berarti menunjukan tidak adanya hubungan.
Penjelasan-penjelasan diatas, dimana arti dari setiap konsep yaitu filsafat, ilmu pengetahuan, pengetahuan dan agama memiliki kesamaan dalam hal arti tujuan serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini memberikan sebuah pemikiran pada penulis untuk mengetahui bhubungan-hubungan yang ada diantara pengetahuan, ilmu pengetahuan, filsafat ilmu dan agama. Selain itu telah banyak orang-orang pintar dan jenius di dunia ini, namun mereka menggunakan kelebihan yang mereka dapat bukan untuk kemakmuran manusia, malah sebaliknya digunakan untuk kehancuran manusia dan dunia. Pada tulisan ini penulis juga ingin memberikan beberapa pendapat bagaimana cara kita dapat berpikir ilmiah namun masih dapt berpegangan teguah pada agama dan filsafat ilmu. Selain itu juga penulis ingin memberikan suatu ulasan tentang paradigm-paradima dalam mencari ilmu pengetahuan, diman ilmu pengetahuan yang kita cari adalah ilmu pengetahuan yang positif dan bermanfaat.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara pengetahuan, ilmu pengetahuan, filsafat ilmu dan agama, jelaskan dengan berbagai argumentasi dari sudut pandang masing-masing, dan bagaimana iterasi dari keempatnya?
2. Bagaimana seharusnya kita sebagai masyarakat ilmiah harus bersifat ilmiah, namun tidak terlepas dari agama/kepercayaan sifat nilai-nilai filsafat ilmu?
3. Bagaimana dengan paradigma-paradigma di dalam mencari ilmu pengetahuan?
1.3 Tujuan Dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1. Mengetahui hubungan antara pengetahuan, ilmu pengetahuan, filsafat ilmu dan agama dari setiap sudut pandang masing-masing serta mengetahui iterasi dari empat konsep tersebut.
2. Mengetahui kita sebagai masyarakat ilmiah harus bersifat ilmiah, namun tidak terlepas dari agama/kepercayaan sifat nilai-nilai filsafat ilmu.
3. Mengetahui paradigma-paradigma di dalam mencari ilmu pengetahuan.
1.3.2 Manfaat
1. Sebagai bahan refrensi untuk tugas-tugas berikutnya yang terkait dengan pengetahuan, ilmu pengetahuan, filsafat ilmu dan agama.
2. Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan pembaca.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengetahuan, Ilmu pengetahuan, Filsafat Dan Agama
2.1.1 Hubungan Pengetahuan, Ilmu pengetahuan, Filsafat Dan Agama
2.1.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu yang kita ketahui. Telah disimpulkan sebelumnya bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu. Jadi pengetahua bisa kita peroleh dimana saja dan kapan saja. Sebab pengetahuan hanyalah sekedar tahu apa yang ada dalam sekitar kita dan juga apa yang kita lihat, rasakan dan dengar. Pengetahuan tidak perlu adanya tindak lanjut, artinya dalam kita mendapatkan pengetahuan kita tidak perlu untuk melakukan sebuah kegiatan yang rumit misalnya penelitian.
Bila kita telah melakukan sebuah penelitian ataupun suatu kegiatan yang mana berusaha untuk mengetahui lebih jauh untuk memnuhi kepuasan akan tahu dari objek yang semula hanya kita ketahui dari panca indera kita. Hal ini telah memasuki pada konsep ilmu pengetahuan. Jadi hubungan antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan dilihat dari sudut pengetahuan, ilmu pengetahuan merupakan tindak lanjut dari pengetahuan.
Hubungan antara pengetahuan dengan filsafat adalah tentang kebenaran. Telah kita ketahui bahwasannya filsafat adalah suatu kegitan yang menyelidiki hakikat kebenaran. Sedangkan pengetahuan adalah hasil dari tahu dimana kita hanya mengandalakan panca indera kita. Kebenaran secara umum dapat dijelaskan secara logika dan dapat dirasakan oleh panca indera. Disinilah hubungan antara pengetahuan dan filsafat yaitu kebenaran yang dapat dirasakan oleh panca indera yang nantinya diperoleh sebuah pengetahuan yang baru.
Pengetahuan juga membutuhkan suatu pedoman atau sebuah petunjuk, disinilah agama berperan penting dalam membimbing rasa ingin tahu kita untuk menghasilkan suatu pengetahuan yang baik dan benar. Jadi hubungan antara pengetahuan dan agama adalah agama sebagai pembimbing rasa ingin tahu untuk memperoleh pengetahuan yang baik dan positif.
2.1.1.2 Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah hasil dari suatu tindakan akan keingintahuan yang sangat besar dimana keingintahuan tersebut tidak hanya puas dengan hasil yang ditangkap oleh panca indera. Melainkan ingin tahu apa yang ada didalamnya, penyebab terjadinya dan bagaiman dampaknya. Hubungan ilmu pengetahuan dengan pengatahuan yaitu, pengetahuan merupaka awal dari munculnya ilmu pengetahuan. Setelah sesuatu hal yang ditangkap oleh panca indera yang hasilnya adalah pengetahuan akhirnya terdoronglah perasaan akan keingintahuan kita apa yang menyebabkan panca indera kita menangkapnya dengan rasa dan persaan yang beranakragam.
Hubungan ilmu pengatahuan dengan filsafat adalah keingintahuan yang mendalam. Ilmu pengetahuan merupakan hasil dari kegiatan untuk memngetahui secara jelas dan dalam akan suatu hal. Sama halnya dengan filsafat yang berusaha untuk mengerti sedalam-dalamnya. Bila ilmu pengetahuan dihubungkan dengan filsafat, yang telah kita ketahui bahwasanya filsafat berusaha mengerti suatu hal tidak hanya sedalam-dalamnya melainkan juga akan kebenarannya. Jadi hubungan ilmu pengetahuan merupakan hubungan yang saling mendukung artinya dengan adanya filsafat ilmu pengetahuan dapat mencari ilmu pengetahuan yang benar dalam konteks positif.
Ilmu pengetahuan sangatlah luas dan bisa saja bersumber dari man saja, selain itu biola pengetahuan tidak ada yang membatasi maka ilmu pengetahuan dapat berdampak buruk bagi manusia maupun dunia. Hal ini akan menyalahi kebenaran dalam hal filsafat yaitu kebenaran sesungguhnya, oleh karena itu dibutuhkanlah frame atau pembatas untuk menghindari hal tersebut. Agamalah yang berperan dalam hal ini, agama dapat menjadi pembatas sekaligus menjadi pembimbing para ilmuan untuk mencari ilmu pengetahuan dan mengembangkannya dalam hal yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan manusia dan dunia. Jadi hubungan antara ilmu pengetahuan dengan agama adalah agama dapat menjadi pedoman atau pembimbing untuk menentukan ilmu pengetahuan yang baik, selain itu agamajuga dapat menjadi sumber inspirasi dalam mencari ilmu pengetahuan dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
2.1.1.3 Filsafat
Filsafat merupakan suatu kebenaran yang dicari secara mendalam dari hal-hal terdahulu maupun disekitar kita. Hubungan filsafat dengan pengetahuan yaitu dalam hal informasi, artinya untuk menghasilkan filsafat yang benar maka filsuf harus dapat memperhatikan kondisi-kondisi sekitar. Memperhatikan kondisi sekitar maka akan menghasilkan suatu pengetahuan karena kita memperhatikan tersebut denga menggunakan panca indera kita. Jadi hubungan antara filsafat dengan pengetahuan adalah modal utama untuk menghasilkan filsafat maka filsuf harus dapat mempunyai pengetahuan yang cukup dari sekitarnya.
Pada penjelasan sebelumnya telah kita ketahui bahwasannya filsafat dapat bersumber dari kejadian sebelumnya atau pengalaman kita denga kata lain kehidupan sebelum kita. Kehidupan sebelum kita salah satunya dapat dipelajari dengan ilmu pengetahuan diantaranya sejarah dan arkeologi. Maka dari sini dapat kita pahami bahwa filsafat memiliki hubungan yang erat dengan ilmu pengetahuan, dimana ilmu pengetahuan juga merupaka salah satu sumber atau inspirasi untuk terciptanya filsafat yang baik yang diambil dari kehidupan sebelumnya.
Filsafat harus memiliki kebenaran dan dan kebiakan, itulah ciri utama dari sebuah filsafat. Kebenaran yang hakiki hanya dimiliki oleh Allah SWT, jadi dalam penciptaan filsafat yang baik dan benar maka dibutuhkan sebuah pedoman atau pegangan yang sangat terpercaya akan kebenarannya yaitu agama. Jadi hubungan filsafat dengan agama yaitu agama sebagai pedoman dan pembimbing untuk menciptakan senuah filsafat yang baik dan benar.
2.1.1.4 Agama
Agama merupakan suatu sumber kebenaran yang hakiki yang bersal dari Allah SWT, dalam syiarnya agama sering kali mendapatkan kesulitan karena kondisi lingkungan sekitar. Pada permasalahan inilah pengetahuan dapat berperan penting dalam penyebaran agama. Sebelum para wali Allah menyebarkan agamanya para wali Allah harus dapat memperhatikan kondisi limgkungannya supaya dapat menyebarkan agamanya. Memperhatikan lingkungan sekitar maka akan terlahirlah suatu pengetahuan yang bersumber dari rasa ingin tahunya terhadap kondisi lingkungan tersebut. Hal tersebut akan mendorong para wali Allah untuk mencari cara-cara yang sesuai dengan kondisi lingkungan tersebut. Jadi hubungan antara agama dengan pengetahuan adalah pengetahuan merupakan modal utama supaya para wali Allah dapat menyebarkan agamanya dengan lebih muda.
Berdasarkan penjelasan diatas telah kita ketahui agama merupakan sebuah keyakinan bahwasannya terkadang ada sekelompok orang yang tidak percaya pada ajaran agama islam. Kelompok tersebut hanya percaya pada hal-hal yang logis dan dapat dibuktikan. Disinilah hubungan antara ilmu pengetahuan diman merupaka salah satu cara untuk mendukung apa yang telah diajarkan oleh agama. Contohnya dalan kitab suci Al-Quran telah kita ketahuia dalam salah satu suratnya menjelasakan bahwa bila member asi pada anak kita selama 24 bulan. Kemudian ilmu pengetahuan membuktikan apa yang tertulis disana, ternyata benar keadaannya, ternyata apa yang ditulis dalam Al-Quran bukanlah omomg kosong biasa. Pada kitab suci tersebut benar adanya, jadi dengan begitu agama dibantu oleh ilmu pengetahuan dalam hal pembuktian dan penyebaran dalam kelompok-kelompok tertentu.
Agama dengan filsafat sangatlah terkait dimana filsafat yang baik merupakan hal yang benar hakiki hanya bersumbar dari Tuhan Yang Maha Esa. Jadi filsafat dapat mengambil makna-makna yang ada dalam kitab suci dari agama yang diyakini. Jadi dapat kita ketahui hubungan aga,a dengan filsafat adalah agama juga dapat menjadi sumber ataupun pedoman dalam menciptakan sebuah filsafat yang baik dan benar.
2.1.2 Iterasi Pengetahuan, Ilmu pengetahuan, Filsafat Dan Agama
Iterasi merupakan sebuah urutan dimana dalam pemcahan masalah dalam kehidupan sehara-hari untuk menemukan suatu keputusan yang tepat dan benar. Iterasi dari kempat hal tersebut yaitu sebagai dasar adalah agama yang merupakan suatu hal yang memiliki keenaran yang hakiki kemudian barulah hal tersebut diperoleh suatu pengetahuan yang benar dan bermanfaat. Supaya nantinya pengetahuan tersebut dapat diterma oleh semua elemen manusia di dunia ini maka harus ada pembuktian dari pengetahuan tersebut. Pada tahap ini perluadanya cara atau suatu metode untu membuktikannya, dari hasil pembuktian tersebut terciptalah suatu ilmu pengetahuan yang benar dan tepat karena berdasakan pada hal yang memiliki kebenaran yang hakiki.
Setelah ditemukan suatu ilmu pengetahuan maka kita akan memiliki suatu pengalaman maka akan timbul suatu filsafat yang benar dan baik serta tepat. Akahirnya filsafat tersebutlah yang akan menjadi suatu sumber, pedoman dan pembimbing dalam pemecahan masalah yang sama untuk kehidupan berikutnya.
2.2 Masyarakat Ilmiah Yang Berpegangan Pada Agama Dan Filsafat Ilmu
Menurut Anonim (2011), masyarakat Ilmiah adalah merupakan kategori masyarakat yang warganya memiliki sifat-sifat ingin mengetahui segala fenomena yang ada, dengan melakukan kegiatan pengkajian secara ilmiah, agar diperoleh kebenaran yang teruji sesuai dengan metode ilmu pengetahui. Untuk itu pastilah, masyarakat ilmiah mempunyai sistematika/kerangka berpikir yang sistematik berdasarkan data dan fakta, dan kemampuan untuk menganalisanya, sehingga didapatkan suatu kebenaran yang teruji. Dengan demikian masyarakat ilmiah tersebut, memiliki cirri-ciri antara lain : kritis, obyektif , analitis, kreatif dan konstruktif, terbuka dan berlapang dada untuk menerima kritik, menghargai waktu dan prestasi ilmiah/akademik, bebas dari prasangka, kesejawatan/kemitraan, khususnya diantara sivitas akademika, dialogis, memiliki dan menjunjung tinggi norma dan susila akademik, serta tradisi akademik/ilmiah., dinamis, berorientasi ke masa depan, dan berpacu masa kini.
Menurut Chem (2011), bardasarkan ciri tersebut manusia ilmiah merupakan manusia yang berambisi besar untuk mencari cara supaya dapat lebih maju. Ambisi tersebutlah yang perlu dikendalikan karena dapat membawa seseorang ke jalan yang salah. Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang berpikir. Berpikir adalah menggunakan akal budi dalam berbuat dan memutuskan sesuatu yang akan dilakukan. Mungkin ini pulalah yang tertuang dalam proses pembentukan tubuh manusia yang menempatkan kepala pada posisi paling atas dibanding hati. Kepala sebagai tempat bersemayamnya otak yang diyakini sebagai pencetus akal pikiran manusia, sedangkan hati sebagai penguak perasaan kemanusiaan. Tuhan membekali kita hati, sehingga proses berpikir kita tidak sama dengan proses berpikir mesin atau komputer. Supaya hal tersebut terlaksan maka kita harus berpedoman pada etika yang ada pada agama yang kita yakini. Hal ini dilakukan supaya kita paham akan apa yang kita lakukan sudah benar apa belum sesuai dengan manfaat yang kita perlukan dan juga mengetahui keburukan dari hal tersebut.
Menurut Sulman (2007), etika agama Islam pada dasarnya tidak pernah memisahkan nilai-nilai etis atau moral dari nilai-nilai hukum. Kedua diatur dalam Syari’ah Islam dan mengelompokkan keduanya dalam lima macam kategori : perintah keras (wajib); perintah lunak (sunnah); larangan keras (haram); perintah lunak (makrah), dan kebebasan (mubah). Masing-masing diberi sanksi berupa hukuman tertentu yang bisa dijatuhkan di dunia ini dan imbalan oleh Allah di akhirat kelak berupa pahala ataau dosa besar maupun kecil.
Supaya dapat memahami secara lebih jelas esensi etika agama Islam kita perlu memahami keberadaan manusia di muka bumi ini atau, mengetahui, apa maksud Allah mencipata manusia itu. Dalam al-Qur’an dikatakan bahwa manusia dan jin dicipta oleh Allah agar mereka beribadah (mengabdi) kepada-Nya. Secara lebih jelas, al-Qur’an juga menyatakan bahwa penciptaan Adam adalah untuk menjadi khalifah (pengemban amanat) Allah dimuka bumi yang terdiri dari (1) tidak melakukan pengrusakan (yufsidu fafa) tetapi membangun dan memakmurkan bumi. Dan (2) tidak menumpahkan darah (yasfikud dima’) tetapi melenyapkan permusuhan dan mencipta kedamaian. Ini berarti bahwa etika agama Islam tidak terlepas dari posisi dan misi manusia sebagai pengemban amanat Allah di muka bumi itu.
Manusia berusaha mencari kebenaran apala manusia ilmiah yang terus beruasaha membuktikan suata fenomena yang ada pada dunia. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Ciri-ciri berfilsafat adalah deskrptif, kritis dan analitis, evaluatif dan normatif, spekkulatif, sistematis , mendalam, mendasar dan menyeluruh. Jadi setiap manusia yang ilmiah supaya nantinya ilmu yang diberikan atau ditemukan bermanfaat bagi manusia maka harus mencerminkan atau memiliki ciri-cri yang ada pada filsafat.
2.3 Paradigma-Paradigma Dalam Mencari Ilmu Pengetahuan
Menurut Putri (2007), paradigma menurut secara etimologis : model teori ilmu pengetahuan atau kerangka berpikir. Secara terminologis : pandangan mendasar para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan pengertian paradigma ilmu pengetahuan yaitu model atau kerangka berpikir beberapa komunitas ilmuan tentang gejala-gejala dengan pendekatan fragmentarisme yang cenderung terspesialisasi berdasarkan langkah-langkah ilmiah menurut bidangnya masing-masing
Macam-Macam Paradigma Ilmu Pengetahuan
1. Paradigma Kualitatif
Proses penelitian berdasarkan metodologi yang menyelidiki fenomena sosial untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif dengan menggunakan metode berpikir induktif
2. Paradigma Deduksi – Induksi
Paradigma deduksi (penelitian dengan pendekatan kuantitatif) : analisis data à kesimpulan
Paradigma induksi (penelitian dengan pendekatan kualitatif) : pengumpulan data à observasi à hipotesis à kesimpulan
3. Paradigma Piramida
Kerangka berpikir atau model penyelidikan ilmiah yang tahapannya menyerupai piramida, dibagi menjadi:
a. Piramida berlapis : semakin ke atas berarti tujuan semakin tercapai, yaitu itemukannya teori baru
b. Piramida ganda : piramida yang dibuat berlandaskan piramida yang sudah ada
c. Piramida terbalik : piramida yang dibuat berdasarkan teori yang sudah ada
4. Paradigma Siklus Empiris
Kerangka berpikir atau model penyelidikan ilmiah berupa siklus. Tujuannya memudahkan pembentukan pola pikir bagi ilmuan atau peneliti untuk melakukan kegiatan ilmiah
5. Paradigma Rekonstruksi Teori
Model penyelidikan ilmiah yang berusaha merancang kembali teori atau metode yang telah ada dan digunakan dalam penelitian. Agar model rekonstruksi teori dapat diterapkan dengan baik, pemilihan dan penguasaan teori tertentu yang dianggap relevan dengan penelitian sangat menunjang keberhasilan teorinya.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengetahuan, ilmu pengetahuan, filsfat ilmu dan agama memiliki sebuah hubungan yang saling mendukung dan mengisi. Pada konsep teoritis empat hal tersebut tidak bisa disatukan tapi dalam prakteknya kempat hal tersebut dapat saling mendukung.
2. Manusia ilmiah supaya memilik sifat ilmiah, supaya nantinya tetap memiliki sifat agama dan filsafat ilmu maka setiap tindakan dan keputusan yang dipilih harus mengandung karakteristi dari sifat agama dan filsafat ilmia.
3. Paradigma yang terdapat dalam ilmu pengetahuan adalah paradigma kualitatif, paradigma deduksi – induksi , paradigma piramida, paradigma siklus empiris dan paradigma rekonstruksi teori.
3.2 Saran
1. Manusia harus mampu mengkaitkan sifat-sifat yang ada dalam pengetahuan, ilmu pengetahuan, filsafat imu dan agama dala kehidupan sehari-harinya.
2. Manusia haus manjadi manusia yang ilmia namun tetap memilki atau berpedoman pada nilai-nilai agama dan filsafat ilmu
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011, Tata Krama Kehidupan Kampus Sebagai Masyarakat Ilmiah. http://oldsite.ub.ac.id /id/9_ publication/ probinmaba/ bab6. php. Brawijaya. [07 November 2011].
Chem, Dayat. 2011. Resume Filsafat Ilmu. http://dayatfarras.wordpress.com /2011/01/06/ resume-filsafat-ilmu/. [07 November 2011].
Djumahana, Hanna. 2003. Islam Untuk Disiplin Ilmu Psikologi. Departemen Agama Islam: Jakarta.
Melsen. 1985. Ilmu Pengetahuan Dan Jawab Kita. PT. Gramedia:Jakarta.
PutriParadigma Ilmu Pengetahuan. . [07 November 2011]
Salman, Muh. Syukur . 2007. Menjadi Manusia Ilmiah. http://re-searchengines.com/ syukursalman5-07.html. [07 November 2011].
Scharf, Betty R. 2004. Sosiologi Agama. Prenada Media: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar